Kebudayaan
islam paling relevan bagi ilmu Eropa. Bukan sekedar karena dekatnya hubungan
antara islam dengan Judaisme dan Kekristenan, melainkan juga karena adanya
kontak kultural yang aktif antara negeri-negeri berbahasa Arab dengan Eropa
Latin pada masa-masa yang menentukan. Ironisnya, zaman kebesaran Islam
bersamaan waktunya dengan titik nadir kebudayaan di Eropa Barat.
Penaklukan-Penaklukan yang dilakukan oleh pengikut sang Nabi yang dimulai sejak
abad ke-7 hingga abad ke-10 telah membuat bahasa Arab menjadi bahasa kaum
terpelajar bagi bangsa-bangsa yang terntang mulai dari Persia hingga Spanyol.
Para penakluk Arab umumnya membawa kedamaian dan kemakmuran bagi negeri-negeri
yang didudukinya. Sebagai contoh, perpustakaan Cordova di Spanyol nyata-nyata memiliki 500.000 buah buku pada
saat bangsa-bangsa di Pyrenia utara paling-paling hanya mempunyai 5000 buah
buku. Bangsa Muslim juga toleran terhadap keyakinan-keyakinan monoteisme lainnya,
sehingga orang-orang Yahudi mendapatkan posisi yang tinggi di negeri-negeri
Islam pada saat mereka hampir tidak diizinkan hidup di Eropa. Tertarik akan
tradisi-tradisi ilmu Yunani, melalui para sarjana Kristen yang ada di Syria,
penguasa Arab yang bertempat di Baghdad pada abad ke-9 memerintahkan
penerjemahan besar-besaran terhadap sumber-sumber ilmu Yunani, dan setelah itu
peran sarjana Arab sendiri bergerak maju khususnya dibidang matematika,
astronomi, optik, kimia, dan kedokteran. Akan tetapi basis sosial ilmunya
rapuh. Dalam suatu mayarakat teokratis hanya ilmu kedokteran sajalah diantara
ilmu-ilmu bangsa-bangsa pemuja berhala yang dianggap patut diterima, oleh
karena itu tidak ada satupun pusat kebudayaan ilmiah yang berkembang pesat
lebih dari satu abad, dan meskipun bahan-bahannya disebarkan ditengah-tengah
mereka tiadanya kesinambungan mencegah berlangsungnya perkembangan yang
terus-menerus. Lagipula, gaya kesarjanaan yangberkembang saat itu ialah
dukungan bagi seorang individu dalam mencoba meraup seluruh pengetahuan dunia
untuk mencapai kebijaksanaan sekuler, atau barangkali sebagai suatu jalan
menuju penerangan (illumination). Tokoh-tokoh terbesar saat itu dapat membuat
kemajuan-kemajuan kreatif, tetapi jarang sekali ada kerja sama para sarjana
yang dibutuhkan untuk membuat orang awam menjadi efektif.
Kontak antara Islam dan Eropa Latin
sebagian besar berlangsung melalui Spanyol, dimana orang-orang Kristen dan
Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjemah. Abad ke-12 menunjukkan
adanya suatu program penerjemah besar-besaran karya-karya berbahasa Arab
kedalam bahasa Latin, mula-mula dibidang astrologi, dan magis, kemudian
dibidang kedokteran dan akhirnya dibidang filsafat dan ilmu. Rute yang lebih
kecil berlangsung melalui Italia, dimana kontak-kontak komersial berlangsung
dengan Tunisia. Patut diperhatikan bahwa sekolah medis tertua di Eropa
bertempat di Selerno dan belakangan disaingi oleh Montpellier, yang juga dekat
dengan sumber-sumber Arab dan Yahudi.akan tetapi meskipun merupakan pemimpin,
bahkan sepanjang masa-masa penerjemahan, peradaban islam berada dibawah tekanan
bangsa-bangsa barbar yang ada di sepanjang wilayah perbatasan kekuasaanya, dan
tidak lama berselang peradaban Islam segera mengalami keruntuhan. Di
samping sumbangannya yang sangat besar
bagi peradaban Barat dalam memelihara dan menularkan warisan Yunani, bahasa
Arab juga memberi kontribusi padaa ilmu modern dalam sejumlah kata, terutama
berkenaan dengan tetumbuhan dan makanan, dan juga kata-kata seperti alkohol dan
aljabar.
Daftar
Pustaka :
Ravertz,
Jerome R. 2014. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar