Manusia adalah
Transformatif
Manusia bukanlah
serpihan kecil di tengah life support. Manusia sadar akan aktivias-aktivitasnya
dan dunia tempat ia berada, bertindak sesuai dengan tujuan yang diusungnya,
memiliki tempat resmi bagi putusan-putusannya yang terletak dalam dirinya
sendiri dan dalam relasinya dengan dunia dan dengan manusia-manusia lain,
mengisi dunia dengan kehadiran kreaatifnya melalui sarana transformasi hingga mempengaruhinya. Manusia
tidak hanya hidup (to life) tetapi bereksistensi; dan eksistensinya historis.
Hidup mengimpilkasikan survival belaka; bereksistensi mengimplikasikan
keterlibatan mendalam dalam proses “menjadi”.
Karena menciptakan dunianya, maka ia sesungguhnya ia
adalah pengada yang berpraksis (a being of praxis) (Horton and Freire, 1990:
30-40; 100-110). Ia tidak sekedar aktif tanpa berpikir seperti hewan
(aktivisme), juga tidak sekedar berpikir tanpa berbuat (idealisme). Dengan
praksis manusia menciptakan dunianya, melakukan transformasi. Menerima dunia
sebagaimana adanya dilakukan oleh hewan. Hewan tidak menciptakan dunianya,
hewan hanya beradaptasi terhadap dunia yang sudah tersedia baginya. Karena itu
juga manusia adalah pengada transformatif,
a transformative being.
Adalah sebagai pengada yang transformatif dan kreatif bahwa
manusia, dalam relasi permanennya dengan realitas, memproduksi tida hanya
benda-benda material-benda-benda kasat mata – tetapi juga intuisi-intuisi
sosial, ide-ide, dan konsep-konsep. Melalui praksis terus menerus manusia
secara serempak menciptakan sejarah dan diciptakan oleh sejarah dan menjadi
pengada-pengada historis-sosial.
Karena berpraksis,manusia adalah pengada yang mentransendensi diri sendiri,
yang bergerak ke depan dan melihat kedepan. Aku bukanlah suatu pengada yang
berada dalam life –support tetapi suatu pengada dalam dunia , dengan dunia, dan
dengan pengada-pengada lainnya.
Life support manusia diubahnya menjadi dunia (world,
budaya) dan kehidupannya menjadi eksistensi karena terjadinya peningkatan
solidaritas antara kesadaran dan tangan. Dengan kata lain, perubahan ini
bergantung pada prroporsi badan manusia menjadi badan yang sadar yang dapat
menangkap, memahami, dan mentransformasikan dunia sehingga ia berhenti menjadi
sebuah ruang kosong untuk dituangi oleh isi-isi. Memang kesadaran adalah unsur
aktif manusia, bukan wadah kosong.
Daftar Pustaka :
Kesuma, Dharma, Teguh
Ibrahim. 2016. Struktur Fundamental Pedagogik. Bandung: PT Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar