Pembelajaran
tematik diawali dari pandangan Freire mengenai suatu zaman dalam periode waktu
yang bersifat kontinuitas. Menurut Freire satuan zaman bukanlah periode waktu
yang tertutup dan mengurung manusia dalam kebisuan. Satuan zaman merupakan
syarat asasi dari sejarah yang bersifat kontinuitas dan senantiasa berkaitan
secara dinamis. Keniscayaan yang akan muncul dari kontinuitas suatu zaman
adalah gagasan-gagasan, konsep-konsep, harapan-harapan, keraguan-keraguan,
nilai-nilai, serta tantangan-tantangan yang menuntut penyelesaian melalui
pendekatan dialektis. Menurut Freire semua keniscayaan itu harus diwujudkan
secara nyata melalui bentukan tema-tema zaman.
Tema-tema zaman yang menyejarah
tidak diperkenankan bersifat statis, terisolasi dari realitas, berdiri sendiri.
Akan tetapi tema zaman harus senantiasa berdialektika dengan realitas.
Tema-tema zaman tentunya harus terorientasi pada hubungan manusia dengan dunia
yang bersifat intensionalitas, ema zaman harus memfasilitasi manusia untuk
mengembangkan kesadaran kritisnya sebagai makhluk praxis yang menyejarah. “
tema-tema yang saling berkaitan dan berinteraksi dari sutu zaman akan membentuk
dunia tematis zaman tersebut” (Freire, 2005: 98). Dunia tematis dapat menampung
tema-tema yang beragam dalam suatu masyarakat yang sama secara menyeluruh.
Secara otomatis ini menuntut seiap individu dalam masyarakat tersebut untuk
memaknai tema-tema zaman tersebut secara utuh, dan menuntut Freire setiap
individu daam masyarakat tersebut harus melakukan penelitian atau tema yang
bermakna.
Tema zaman yang bermakna, adalah
tema yang mampu menghadirkan kontradiksi didalam hubungan yang dialektis dengan
realitas. Tema zaman yang bermakna adalah tema yang beresonansi dengan situasi
batas manusia, membangkitkan kesadaran kritisnya hingga manusia mampu mengatasi
situasi batas yang membuatnya terbelenggu serta kemudian mampu menghasilkan
tindakan-tindakan batas yang mampu mengubah dunia. Tema zaman yang Freire
ajukan adalah “dominasi”. Lantas kemudian tema tema ini dibenturkan dengn tema
lawannya yaitu”pembebasan”. Melalui kontradiksi antara kedua tema ini, maka
Feire berusaha membangun dialog-dialog tematis dengan para peserta didiknya
untuk memperjuangkan kebebasannya, membangkitkan kesadaran kritisnya, membantu
mereka menemukan fitrahnya sebagai manusia, makhluk yang tidak bisa disamakan
dengan benda, makhluk yang senantiasa aktif dan berdaya transformatif.
Pembelajaran tematik merupakan upaya
untuk menyajikan dimensi-dimensi signifikan dari sebuah realitas kontekstual
individu. Analisisnya menciptakan kemungkinan untuk memahami interaksi berbagai
komponen. Sementara itu, dimensi-dimensi yang signifikan, yang pada gilirannya
membentuk bagian-bagian dalam interaksi, hendaknya dipespsi sebagai dimensi-dimensi
dari realitas total. Dengan cara ini, analisis kritis tentang sebuah dimensi
eksistensial signifikan menciptakan kemungkinan sebuah sikap baru, kritis
terhadap situasi-situasi pembatas. Persepsi dan pemahaman tentang realitas
diluruskan dan memperoleh kedalaman baru. Pembelajaran tematik akan mampu
membantu manusia untuk memiliki pandangan yang menyeluruh terhadap suatu
persoalan, manusia akan mampu memisahkan dan melepaskan unsur-unsur
pembentuknya dari suatu persoalan yang saling berkaitan. Dengan cara seperti
ini manusia akan mampu memahami segala bentuk realitas secara kritis dan
komprehensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar