Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, 2002). Di samping
itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
yang penekanannya padapenataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta
keterampilan dalam penerapan matematika.
Di pihak lain, hasil belajar matematika siswa sampai
saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang sering dikumandangkan baik oleh
orang tua siswa maupun oleh para pakar pendidikan matematika sendiri. Hasil
penelitian Suryanto dan Somerset (dalam Zulkardi, 2001) terhadap 16 SLTP pada
beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa hasil tes mata pelajaran matematika
siswa sangat rendah, terutama pada soal cerita matematika (aplikasi
matematika). Demikian juga dengan hasil penelitian Suryadi (2005) terhadap
siswa kelas dua SMP di kota dan kabupaten Bandung yang menemukan bahwa mereka
mengalami kesulitan dalam mengajukan argumentasi, menemukan pola dan pengajuan
bentuk umumnya. Rendahnya hasil belajar di atas adalah suatu hal yang wajar
jika dilihat dari aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan
oleh guru. Guru bertindak sebagai penyampaian informasi secara aktif, sementara
siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan siswa
menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang
sifatnya rutin kurang melatih daya nalar. Aktivitas pembelajaran seperti ini
mengakibatkan terjadinya proses penghafalan konsep atau prosedur, pemahaman
konsep matematika rendah, tidak dapat menggunakannya jika diberikan
permasalahan yang agak kompleks, siswa menjadi robot yang harus mengikuti
aturan atau prosedur yang berlaku sehingga terjadilah pembelajaran mekanistik,
pembelajaran bermakna
yang diharapkan tidak terjadi.
Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan
hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu
kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika
tertentu (Suriasumantri, 1990). Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam
pembelajaran matematika, karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematika (Sumarmo, 1987; Priatna, 2003). Dari sini dapat
dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis dapat
menjembatani pada peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pemahaman
yang benar terhadap konsepkonsep matematika.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa adalah keinginan dan kesenangan siswa dalam
belajar matematika. Proses pembelajaran matematika perlu memperhatikan
kenyamanan dan perasaan menyenangkan bagi siswa, hal ini dapat dilakukan dengan
cara memperlihatkan sikap ramah dalam menanggapi berbagai kesalahan siswa,
hindari sikap guru yang menyeramkan (tidak bersahabat), mengusahakan agar siswa
dikondisikan untuk bersikap terbuka, usahakan materi matematika disajikan dalam
bentuk yang lebih kongkrit, dan gunakan metode serta pendekatan yang
bervariasi. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika
yang merupakan modal utama untuk menumbuhkan keinginan dan kesenangan belajar
matematika. Tanpa minat yang baik dalam diri siswa akan sulit tercipta suasana
belajar seperti yang diharapkan. Dengan adanya minat tersebut diharapkan muncul
kecenderungan sikap positif terhadap matematika.
Sumber
:
Harningsih, Eha. Dkk. 2009. Meningkatkankemampuan Berpikir Logis Siswasmp
Melalui Pembelajaranmatematika Realistik. Jurnal
Pengajaran MIPA.Vol.13 No.1. Bandung. file:///C:/Users/Admin/Downloads/filsafat/300-555-1-SM.pdf
(diakses pada 24 Desember 2016 pukul 20.46 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar