Siswa pada tingkat menengah atas sudah memiliki daya
pikir yang kritis, mereka suka berbicara atau mengeluarkan pendapatnya baik itu
pada kelompok teman sebayanya atau pada gurunya yang ada disekolah. Siswa
disekolah menengah atas mereka sering melakukan diskusi, sehingga dalam setiap
perkumpulan antar teman sebayanya bisa terjadi pertukaran informasi dengan
begitu mereka bisa saling belajar. Namun, meskipun siswa SMA memiliki daya
pikir yang kritis siswa SMA juga memiliki emosi yang kurang stabil, mereka
masih belum bisa mengontrol emosinya masing-masing, sehingga rentan sekali
terjadi keributan antar teman sebaya, jika siswa SMA tersebut salah dalam
memilih teman sebayanya disekolah maka hal itu akan mengganggu proses
belajarnya di sekolah, contohnya apabila kelompok teman sebaya itu terdiri dari
orang yang berperilaku buruk mereka biasnya melakukan perbuatan-perbuatan yang
buruk, seperti bolos sekolah, tawuran, narkoba atau tindakan buruk lainnya.
Dari perbuatan buruk ini siswa akan mudah untuk meninggalkan kewajiban
belajarnya di sekolah dan akhirnya siswa tersebut akan tertinggal pelajarannya
akibatnya siwa tersebut akan mengalami kegagalan pada proses belajarnya disekolah.
Meskipun siswa SMA ini dianggap sudah cukup umur untuk
bisa memilih apa yang dia inginkan, namun juga peran orang tua masih sangat
dibutuhkan untuk bisa mengontrol putra-putrinya agar bisa mendapatkan teman
sebaya yang baik untuk anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar