Minggu, 25 Desember 2016

Pendekatan Konvensional dianggap Penyebab Rendahnya Kualitas Pemahaman Siswa terhadap Matematika



Salah satu penyebab kurangnya kemampuan penalaran dan prestasi matematika siswa adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat-sifat, menyusun konjektur kemudian mengujinya tetapi hanya menerima apa yang diberikan oleh guru atau siswa hanya menerima apa yang dikatakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan oleh Noraini (2000) bahwa:“students learn geometry by memorizing geometric properties rather than by exploring and discovering the underlying properties. Another problem is that traditional approaches of geometry instruction do not seem to help students achieve the intended learning outcomes in the curriculum. By using just textbooks and chalkboards, classroom geometry experiences hamper optimal learning”.Hal ini menunjukkan bahwa salah satu yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam geometri adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah menggunakan pendekatan konvensional. Pada pembelajaran ini guru memberikan definisi, sifat-sifat geometri dan memberikan contoh soal, siswa hanya pasif atau siswa tidak melakukan eksplorasi, membuktikan sifat-sifat, menyusun konjektur kemudian mengevalusinya dan tidak terjadi diskusi kelompok atau antar kelompok, guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima materi. Ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika (Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA, 1999).
Pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional ini siswa menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam, tidak melakukan eksplorasi, menemukan sifat-sifat, menyusun dan mengevalusi konjektur. Hal ini akan mengakibatkan kemampuan penalaran siswa tidak berkembang sehingga prestasi matematika kurang. Ini juga sejalan dengan pendapat Turmudi (2008) bahwa strategi pembelajaran yang bersifat menekankan kepada hafalan (drill) atau rote learning serta mengutamakan kepada routine computation atau algebraic procedural hendaknya sudah harus dikurangi dan diganti dengan cara menekankan kepada pemahaman. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Ratnaningsih (2004) bahwa kemampuan penalaran matematika, koneksi matematika, pemecahan masalah matematika dan keseluruhan aspek melalui pembelajaran konvensional tergolong kurang.

Sumber :
Riyanto, Bambang Dan Rusdy A. Siroj. 2011. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5. No. 2. Palembang.File:///C:/Users/Admin/Downloads/Filsafat/581-1496-1-PB.Pdf. (Diakses Pada 24 Desember 2016 Pukul 21.23 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar