Salah satu penyebab kurangnya
kemampuan penalaran dan prestasi matematika siswa adalah proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru di kelas kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dengan siswa dan siswa
dengan guru. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, menemukan
sifat-sifat, menyusun konjektur kemudian mengujinya tetapi hanya menerima apa
yang diberikan oleh guru atau siswa hanya menerima apa yang dikatakan oleh
guru. Seperti yang dikemukakan oleh Noraini (2000) bahwa:“students learn
geometry by memorizing geometric properties rather than by exploring and
discovering the underlying properties. Another problem is that traditional
approaches of geometry instruction do not seem to help students achieve the
intended learning outcomes in the curriculum. By using just textbooks and
chalkboards, classroom geometry experiences hamper optimal learning”.Hal ini
menunjukkan bahwa salah satu yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
geometri adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah
menggunakan pendekatan konvensional. Pada pembelajaran ini guru memberikan
definisi, sifat-sifat geometri dan memberikan contoh soal, siswa hanya pasif
atau siswa tidak melakukan eksplorasi, membuktikan sifat-sifat, menyusun
konjektur kemudian mengevalusinya dan tidak terjadi diskusi kelompok atau antar
kelompok, guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima
materi. Ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa
terhadap matematika (Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA, 1999).
Pada
pembelajaran dengan pendekatan konvensional ini siswa menyelesaikan banyak soal
tanpa pemahaman yang mendalam, tidak melakukan eksplorasi, menemukan
sifat-sifat, menyusun dan mengevalusi konjektur. Hal ini akan mengakibatkan
kemampuan penalaran siswa tidak berkembang sehingga prestasi matematika kurang.
Ini juga sejalan dengan pendapat Turmudi (2008) bahwa strategi pembelajaran
yang bersifat menekankan kepada hafalan (drill) atau rote learning serta
mengutamakan kepada routine computation atau algebraic procedural hendaknya
sudah harus dikurangi dan diganti dengan cara menekankan kepada pemahaman.
Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Ratnaningsih (2004) bahwa kemampuan
penalaran matematika, koneksi matematika, pemecahan masalah matematika dan
keseluruhan aspek melalui pembelajaran konvensional tergolong kurang.
Sumber :
Riyanto, Bambang Dan Rusdy A. Siroj.
2011. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5. No. 2. Palembang.File:///C:/Users/Admin/Downloads/Filsafat/581-1496-1-PB.Pdf. (Diakses Pada 24 Desember 2016 Pukul 21.23 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar