Nilai sesungguhnya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Para ahli kebudayaan berpandangan bahwa
membahas tentang kebudayaan harus didasarkan pada petunjuk keyakinan tentang
nilai-nilai kejiwaan, yaitu baik-buruk, benar-salah, indah-jelek, dan
suci-dosa. Nilai sebagai hasil konsep ukuran yang diyakini seseorang atau
kelompok masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan. Konsep ukuran tersebut
tidaklah bebas dari penilaian. Konsep ukuran nilai sekaligus juga merupakan
objek bernilai yang potensial untuk dinilai. Hal ini membawa konsekuensi bahwa
penilaian seseorang pada dasarnya merupakan penilaian yang bersifat sementara.
Suatu ketika seseorang dapat memutuskan hasil penilaian atas dasar konsep
ukuran yang telah diyakininya, namun hasil penilaian itu akan berubah seiring
dengan berubah atau berkembangnya konsep ukuran yang diyakininya.Hasil
penilaian seseorang memang dapat berubah, tetapi tidak berarti bahwa seseorang
tidak mepmunyai pendirian. Sangat berbahaya justru apabila seseorang tetap mempertahankan
konsep ukuran lama yang telah diyakini, sedangkan konsep ukuran baru yang lebih
baik telah hadir. Kenyataan demikian justru harus disadari agar seseorang mau
terbuka, mauterus-menerus mengadakan dialog dengan lingkungan masyarakat dalam
arti luas, yaitu dengan sistem keyakinan yang dianut, dengan hasil penilaian
yang telah dibuat, dengan budaya baru yang hadir. Dialog dengan lingkungan
masyarakat akan memunculkan suatu pemahaman yang lebih kaya atas objek-objek
bernilai sehingga konsep ukuran yang diyakini juga akan menjadi lebih kaya
(Brameld, 1999:12). Benoit (1996:85) menekankan bahwa pemilihan nilai-nilai
budaya ditentukan dalam konteks sosial, yaitu sebagai berikut.
Pertama, dari sudut pandang sejarah,
nilai-nilai budaya merupakan hasil dari gerakan sejarah yang konkret. Meskipun
nilai-nilai budaya dari sudut pandang filsafat merupakan nilai mutlak,
mendasar, dan universal, namun nilai-nilai itu dinyatakan (diajarkan,
disajikan, digarisbawahi)dan dipelajari. Pernyataan dan penjelasan mengenai
nilai-nilai tersebut merupakan produk sosial, hasil kerja manusia, atau hasil
dari gerakan sejarah yang konkret.
Kedua, dari sudut pandang sosiologi,
ada gunanya dibedakan beberapa kelompok nilai budaya. Nilai-nilai ada yang
mengungkapkan perintah secara umum abstrak. Nilai-nilai yang sepertiini kerapkali
menunjukkan kebutuhan(hak, keweajiban) yang dipandang mutlak dan universal,
misalnya keadilan, cinta kasih, kejujuran. Nilai-nilai juga dapat menunjukkan
kebutuhan umum tetapi kurang mendasar, misalnya keramahan, ketekunan, kesopanan
dan sebagainya. Nilai-nilai yang bersifat umum dan abstrak, yang tidak mengacu
pada keadaan tertentu, terkadang dikatakan bahwa nilai-nilai tersebut tidak
berkaitan dengan konteks sosial.
Pemilihan nilai-nilai oleh suatu masyarakat, cara
merumuskan, memahami dan mempelajarinya dalam kenyataannya menununjukkan bahwa
nilai-nilai tersebut betapapun abstrak dan universal mempunyai kaitan dengan
konteks sosial tertentu. Nilai-nilai budaya adalah jiwa kebudayaan dan menjadi
dasar dari segenap wujud kebudayaan. Tata hidup merupakan pencerminan yang
konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Kegiatan manusia dapat
ditangkap oleh pancaindera, sedangkan nilai budaya hanya dapat ditangkap oleh
budi manusia. Nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan
kebudayaan yang berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan pada dasarnya
merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari
kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan dalam
berkehidupan(Suriasumantri,1994:262). Setiap kebudayaan mempunyai skala
hirarkhi mengenai nilai yang dipandang lebih penting dan yang dipandang kurang
penting. Pendidikan sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak
didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian, dan kemampuan fisiknya,
Memunyai tugas untuk mengkaji terus nilai-nilai kebudayaan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah pengembangan nilai budaya yang
telah tertanam dalam diri anak didik agar tetap relevan dengan perkembangan
jaman. Nilai-nilai budaya sebagai suatu sistem merupakan suatu rangkaian konsep
abstrak yang hidup dalam alam pikiran warga masyarakat, yaitu mengenai apa yang
harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. Nilai-nilai budaya sebagai
suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah
dan pendorong kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya sebagai sistem hanya
merupakan konsep-konsep yang abstrak tanpa perumusan yang tegas, sehingga
memerlukan suatu pedoman yang nyata berupa norma-norma, hukum dan aturan, yang
bersifat tegas dan konkret. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut harus tetap
bersumber pada sistem nilai budaya dan merupakan pemerincian dari konsep-konsep
abstrak dalam sistem nilai tersebut (Koentjara-ningrat,1997:388).
Sumber :
Soeprapto,
Sri. 2013. Landasan Aksiologis Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Cakrawala
Pendidikan.Vol.32 No. 2. Yogyakarta. file:///C:/Users/Admin/Downloads/filsafat/1485-4472-1-PB.pdf (diakses
pada 24 Desemer 2016 pukul 19.22 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar