Minggu, 25 Desember 2016

Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional (Nilai-nilai Budaya)



Nilai sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Para ahli kebudayaan berpandangan bahwa membahas tentang kebudayaan harus didasarkan pada petunjuk keyakinan tentang nilai-nilai kejiwaan, yaitu baik-buruk, benar-salah, indah-jelek, dan suci-dosa. Nilai sebagai hasil konsep ukuran yang diyakini seseorang atau kelompok masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan. Konsep ukuran tersebut tidaklah bebas dari penilaian. Konsep ukuran nilai sekaligus juga merupakan objek bernilai yang potensial untuk dinilai. Hal ini membawa konsekuensi bahwa penilaian seseorang pada dasarnya merupakan penilaian yang bersifat sementara. Suatu ketika seseorang dapat memutuskan hasil penilaian atas dasar konsep ukuran yang telah diyakininya, namun hasil penilaian itu akan berubah seiring dengan berubah atau berkembangnya konsep ukuran yang diyakininya.Hasil penilaian seseorang memang dapat berubah, tetapi tidak berarti bahwa seseorang tidak mepmunyai pendirian. Sangat berbahaya justru apabila seseorang tetap mempertahankan konsep ukuran lama yang telah diyakini, sedangkan konsep ukuran baru yang lebih baik telah hadir. Kenyataan demikian justru harus disadari agar seseorang mau terbuka, mauterus-menerus mengadakan dialog dengan lingkungan masyarakat dalam arti luas, yaitu dengan sistem keyakinan yang dianut, dengan hasil penilaian yang telah dibuat, dengan budaya baru yang hadir. Dialog dengan lingkungan masyarakat akan memunculkan suatu pemahaman yang lebih kaya atas objek-objek bernilai sehingga konsep ukuran yang diyakini juga akan menjadi lebih kaya (Brameld, 1999:12). Benoit (1996:85) menekankan bahwa pemilihan nilai-nilai budaya ditentukan dalam konteks sosial, yaitu sebagai berikut.

Pertama, dari sudut pandang sejarah, nilai-nilai budaya merupakan hasil dari gerakan sejarah yang konkret. Meskipun nilai-nilai budaya dari sudut pandang filsafat merupakan nilai mutlak, mendasar, dan universal, namun nilai-nilai itu dinyatakan (diajarkan, disajikan, digarisbawahi)dan dipelajari. Pernyataan dan penjelasan mengenai nilai-nilai tersebut merupakan produk sosial, hasil kerja manusia, atau hasil dari gerakan sejarah yang konkret.

Kedua, dari sudut pandang sosiologi, ada gunanya dibedakan beberapa kelompok nilai budaya. Nilai-nilai ada yang mengungkapkan perintah secara umum abstrak. Nilai-nilai yang sepertiini kerapkali menunjukkan kebutuhan(hak, keweajiban) yang dipandang mutlak dan universal, misalnya keadilan, cinta kasih, kejujuran. Nilai-nilai juga dapat menunjukkan kebutuhan umum tetapi kurang mendasar, misalnya keramahan, ketekunan, kesopanan dan sebagainya. Nilai-nilai yang bersifat umum dan abstrak, yang tidak mengacu pada keadaan tertentu, terkadang dikatakan bahwa nilai-nilai tersebut tidak berkaitan dengan konteks sosial. 

Pemilihan nilai-nilai oleh suatu masyarakat, cara merumuskan, memahami dan mempelajarinya dalam kenyataannya menununjukkan bahwa nilai-nilai tersebut betapapun abstrak dan universal mempunyai kaitan dengan konteks sosial tertentu. Nilai-nilai budaya adalah jiwa kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera, sedangkan nilai budaya hanya dapat ditangkap oleh budi manusia. Nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan pada dasarnya merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan dalam berkehidupan(Suriasumantri,1994:262). Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarkhi mengenai nilai yang dipandang lebih penting dan yang dipandang kurang penting. Pendidikan sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian, dan kemampuan fisiknya,
Memunyai tugas untuk mengkaji terus nilai-nilai kebudayaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah pengembangan nilai budaya yang telah tertanam dalam diri anak didik agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. Nilai-nilai budaya sebagai suatu sistem merupakan suatu rangkaian konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran warga masyarakat, yaitu mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. Nilai-nilai budaya sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya sebagai sistem hanya merupakan konsep-konsep yang abstrak tanpa perumusan yang tegas, sehingga memerlukan suatu pedoman yang nyata berupa norma-norma, hukum dan aturan, yang bersifat tegas dan konkret. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut harus tetap bersumber pada sistem nilai budaya dan merupakan pemerincian dari konsep-konsep abstrak dalam sistem nilai tersebut (Koentjara-ningrat,1997:388). 

Sumber :
Soeprapto, Sri. 2013. Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Cakrawala Pendidikan.Vol.32  No. 2. Yogyakarta. file:///C:/Users/Admin/Downloads/filsafat/1485-4472-1-PB.pdf (diakses pada 24 Desemer 2016 pukul 19.22 WIB)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar