Rabu, 05 Oktober 2016

Keanekaragaman Hayati di Indonesia



Keanekaragaman Hayati di Indonesia

            Posisi geografi suatu ekosistem dipermukaan bumu juga mempengaruhi  keanekaragamannya. Sebagai contoh, komposisi organisme ekosistem hutan tropis  berbeda dengan hutan di daerah subtropis atau kutub.semakin jauh jarak yang memisahkan ekoesitem, pada umunya akan memperbesar pebedaan unsur abiotik diantara keduanya.
            Negara Indonesia terletak didaerah ekuator dan anatar dua benua (Asia dan Australia, dua samudera (Pasifik dan Hindia),  serta dua wilayah zoogeografi (Orientalis dan Australis).total luas daratan negara kita mencapai 2 juta km2 dan luas lautan mencapai 6 juta km2. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki sedikitnya  42 ekosistem yang berbeda sehingga memungkinkan untuk memiliki bodiversitas yang luar biasa. Oleh karena itu, Indonesia termasuk kedalam salah satu kawasan megabiodiversitas.

1.      Keanekaragaman Flora

Wilayah Indonesia termasuk dalam daerah fitogeografiMalesiana. Daerah Malesiana meliputi Malysia, Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua, Papua New Guinea, dan Kepulauan Solomon. Komposisi tumbuhan hutan indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan Vietnam, Malaysia, Filipina, India, dan Thailand yang termasuk dalam kawasan Indo-Malaysia, sedangkan wilayah Indonesia bagian timur lebih mirip dengan Australia.
            Hutan hujan tropis pada wilayah Malesiana umumnya didominasi  oleh jenis Dipterocarpaceae, seperti kamper, keruing, dan meranti. Wilayah Sumatra dan Kalimantan didominasi oleh hutan hujan tropis yang heterogen dengan curah hujan dan kelembapan relatif tinggi, sedangkan wilayah pantainya banyak ditumbuhi vegetasi khas hutan bakau (mangrove). Jenis hutan di Jawa dan Bali lebih bervariasi dari pada Sumatra dan Kalimantan. Hal ini disebabkan variasi kelembapan dan curah hujan yang lebih besar. Semakin kearah timur, maka curah hujan dan kelembapannya semakin menurun. Akibatnya, di  Jawa dan Bali dapat ditemukan hutan hujan tropis, hutan monsum tropis, hutan savana tropis, dan hutan bakau. Wilayah Indonesia bagian tengah yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku memiliki curah hujan dan kelembapan yang lebih rendah dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. Jenis vegetasi yang dapat ditemukan di wilayah tersebut antara lain savana tropis, hutan pegunungan, dan hutan campuran. Wilayah Papua (wilayah Indonesia bagian timur) umunya dipenuhi dengan hutan hujan tropis yang setipe dengan Australia Utara. Wilayah tersebut didominasi tumbuhan Eucalyptus sp.


2.      Keanekaragaman Fauna

Alfred Russel Wallace (1823-1913), seorang naturalis, menyatakan bahwa di distribusi geografi satwa liar di permukaan bumi terbagi menjadi enam daerah zoogeografi. Indonesia memiliki dua daerah dari pembagian tersebut, yaitu daerah Orientalis (Asia) dan Australia. Perbatasan antara kedua daerah tersebut berupa laut dalam (laut benda) yang disebut garis wallace.
Daerah Orientalis di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, sedangkan daerah Australia meliputi Papua dan Maluku. Fauna khas daerah Orientalis kebanyakan merupakan mamalia berplasenta, misalnya orang utan, kera, harimau, babi hutan, badak, kucing hutan, musang, dan gajah. Satwa  endemik di daerah ini, antara lain badak jawa dan surilili. Satwa khas daerah Australia berupa mamalia berkantung (misalnya kanguru), burung gososng, dan burung kakaktua. Burung cenderawasih merupakan salah satu jenis satwa endemik yang hidup di daerah ini.
      Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara merupakan daerah perbatasan antara  daerah Orientalis dan Australis. Daerah tersebut merupakan tempat pertemuan bagi fauna yang sangat berbeda. Walaupun jenis fauna pulau-pulau di atas sangat sedikit, tetapi merupakan gabungan dari bentuk-bentuk Orientalis dan Australis. Daerah perbatasan ini merupakan subwilayah daerah Orientalis yang disebut Wallacea. Bats sebelah timur wilayah  Wallacea tersebut berupa garis Lydekker. Garis tersebut melalui Dangkalan Sahul pada kedalaman 200 m, sedangkan gari Wallace melalui Dangkalan Sunda kedalaman 180 m.
           
            Makin kearah timur dari garis wallace terdapat perubahan fauna yang sifatnya menjadi lebih Australis begitu mendekati Papua, pada awal abad ke-20, seorang ahli zoologi bernama Max Weber menyarankan garis keseimbangan fauna yang disebut garis Weber. Garis tersebut menempatkan Sulawesi, Filipina, dan seluruh Nusa Tenggara ke dalam wilayah Orientalis, sedangkan Maluku, Tanimbar, hingga Papua ditempatkan pada daerah Australis.
            Di antara semua daerah di Wallacea, Sulawesi adalah yang paling menarik. Di daerah tersebut terdapat paling tidak lima jenis monyet endemik ( di antaranya adalah monyet hitam sulawesi), 71 jenis mamalia endemik (beberapa jenis tikus, musang cokelat, anoa, dan babi rusa), dan 84 jenis burung endemik (burung maleo yang hampir punah). Fauna pulau-pulau di Nusa Tenggara berasal dari daerah Orientalis dan Australis. Beberapa jeni burung , beberapa diantaranya merupakan endemik, hidup di kawasan tersebut. Salah satu hewan khas dan endemik di Nusa Tenggara adalah biawak komodo (ora) yang hidup di pulau komodo, Padar, dan Rinca. Laut di sekitar kepulauan Sunda Kecil dan Aru merupakan habitat lauatan terkaya di dunia. Daerh perairan tersebut sangat subur dan mengandung banyak plankton sebingga mengundang berbagai jenis ikan, lumba-lumba, dan paus.


Daftar Pustaka :
Priadi, Arif. 2010. Biologi SMA Kelas X. Jakarta Timur : Yudhistira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar