Keanekaragaman Hayati
di Indonesia
Posisi geografi suatu ekosistem
dipermukaan bumu juga mempengaruhi
keanekaragamannya. Sebagai contoh, komposisi organisme ekosistem hutan
tropis berbeda dengan hutan di daerah subtropis
atau kutub.semakin jauh jarak yang memisahkan ekoesitem, pada umunya akan
memperbesar pebedaan unsur abiotik diantara keduanya.
Negara Indonesia terletak didaerah
ekuator dan anatar dua benua (Asia dan Australia, dua samudera (Pasifik dan
Hindia), serta dua wilayah zoogeografi
(Orientalis dan Australis).total luas daratan negara kita mencapai 2 juta km2
dan luas lautan mencapai 6 juta km2. Kondisi tersebut menyebabkan
Indonesia memiliki sedikitnya 42
ekosistem yang berbeda sehingga memungkinkan untuk memiliki bodiversitas yang
luar biasa. Oleh karena itu, Indonesia termasuk kedalam salah satu kawasan megabiodiversitas.
1. Keanekaragaman Flora
Wilayah
Indonesia termasuk dalam daerah fitogeografiMalesiana. Daerah Malesiana
meliputi Malysia, Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Filipina,
Sulawesi, Maluku, Papua, Papua New Guinea, dan Kepulauan Solomon. Komposisi
tumbuhan hutan indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan Vietnam,
Malaysia, Filipina, India, dan Thailand yang termasuk dalam kawasan
Indo-Malaysia, sedangkan wilayah Indonesia bagian timur lebih mirip dengan
Australia.
Hutan hujan tropis pada wilayah
Malesiana umumnya didominasi oleh jenis
Dipterocarpaceae, seperti kamper, keruing, dan meranti. Wilayah Sumatra dan
Kalimantan didominasi oleh hutan hujan tropis yang heterogen dengan curah hujan
dan kelembapan relatif tinggi, sedangkan wilayah pantainya banyak ditumbuhi
vegetasi khas hutan bakau (mangrove). Jenis hutan di Jawa dan Bali lebih
bervariasi dari pada Sumatra dan Kalimantan. Hal ini disebabkan variasi kelembapan
dan curah hujan yang lebih besar. Semakin kearah timur, maka curah hujan dan kelembapannya
semakin menurun. Akibatnya, di Jawa dan
Bali dapat ditemukan hutan hujan tropis, hutan monsum tropis, hutan savana
tropis, dan hutan bakau. Wilayah Indonesia bagian tengah yang meliputi
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku memiliki curah hujan dan kelembapan yang
lebih rendah dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. Jenis vegetasi yang dapat
ditemukan di wilayah tersebut antara lain savana tropis, hutan pegunungan, dan
hutan campuran. Wilayah Papua (wilayah Indonesia bagian timur) umunya dipenuhi
dengan hutan hujan tropis yang setipe dengan Australia Utara. Wilayah tersebut
didominasi tumbuhan Eucalyptus sp.
2. Keanekaragaman Fauna
Alfred
Russel Wallace (1823-1913), seorang naturalis, menyatakan bahwa di distribusi
geografi satwa liar di permukaan bumi terbagi menjadi enam daerah zoogeografi.
Indonesia memiliki dua daerah dari pembagian tersebut, yaitu daerah Orientalis
(Asia) dan Australia. Perbatasan antara kedua daerah tersebut berupa laut dalam
(laut benda) yang disebut garis wallace.
Daerah
Orientalis di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, sedangkan
daerah Australia meliputi Papua dan Maluku. Fauna khas daerah Orientalis
kebanyakan merupakan mamalia berplasenta, misalnya orang utan, kera, harimau,
babi hutan, badak, kucing hutan, musang, dan gajah. Satwa endemik di daerah ini, antara lain badak jawa
dan surilili. Satwa khas daerah Australia berupa mamalia berkantung (misalnya
kanguru), burung gososng, dan burung kakaktua. Burung cenderawasih merupakan
salah satu jenis satwa endemik yang hidup di daerah ini.
Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara
merupakan daerah perbatasan antara
daerah Orientalis dan Australis. Daerah tersebut merupakan tempat
pertemuan bagi fauna yang sangat berbeda. Walaupun jenis fauna pulau-pulau di
atas sangat sedikit, tetapi merupakan gabungan dari bentuk-bentuk Orientalis
dan Australis. Daerah perbatasan ini merupakan subwilayah daerah Orientalis
yang disebut Wallacea. Bats sebelah
timur wilayah Wallacea tersebut berupa garis Lydekker. Garis tersebut melalui
Dangkalan Sahul pada kedalaman 200 m, sedangkan gari Wallace melalui Dangkalan
Sunda kedalaman 180 m.
Makin
kearah timur dari garis wallace terdapat perubahan fauna yang sifatnya menjadi
lebih Australis begitu mendekati Papua, pada awal abad ke-20, seorang ahli
zoologi bernama Max Weber menyarankan garis keseimbangan fauna yang disebut garis Weber. Garis tersebut menempatkan
Sulawesi, Filipina, dan seluruh Nusa Tenggara ke dalam wilayah Orientalis,
sedangkan Maluku, Tanimbar, hingga Papua ditempatkan pada daerah Australis.
Di antara semua daerah di Wallacea,
Sulawesi adalah yang paling menarik. Di daerah tersebut terdapat paling tidak
lima jenis monyet endemik ( di antaranya adalah monyet hitam sulawesi), 71
jenis mamalia endemik (beberapa jenis tikus, musang cokelat, anoa, dan babi
rusa), dan 84 jenis burung endemik (burung maleo yang hampir punah). Fauna
pulau-pulau di Nusa Tenggara berasal dari daerah Orientalis dan Australis.
Beberapa jeni burung , beberapa diantaranya merupakan endemik, hidup di kawasan
tersebut. Salah satu hewan khas dan endemik di Nusa Tenggara adalah biawak
komodo (ora) yang hidup di pulau komodo, Padar, dan Rinca. Laut di sekitar
kepulauan Sunda Kecil dan Aru merupakan habitat lauatan terkaya di dunia. Daerh
perairan tersebut sangat subur dan mengandung banyak plankton sebingga
mengundang berbagai jenis ikan, lumba-lumba, dan paus.
Daftar
Pustaka :
Priadi,
Arif. 2010. Biologi SMA Kelas X.
Jakarta Timur : Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar