Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Pengetahuan dimulai dengan rasa
ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu
dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola
dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu
berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup
penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang
mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang
sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja.
Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan
mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja.
Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba
segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu,
sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu
filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas
secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat
tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat
diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dan Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang
sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat
pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri
akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala
sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu
filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni
dan lain-lainnya.
Filsafat adalah induk semua bidang studi dan disiplin
ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa
‘hakikat’. Artinya, filsafat memandang setiap objek dari segi hakikatnya.
Sedangkan pendidikan adalah suatu bidang studi sekaligus disiplin ilmu
pengetahuan yang persoalan khasnya adalah meenumbuhkembangkan potensi manusia
menjadi semakin dewasa dan matang (maturity human potents)’. Jadi, filsafat
pendidikan mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia. Tradisi filsafat adalah selalu
berpikir dialektis dari tingkat metafisis, teoritis, sampai pada tingkat
praktis. Tingkat metafisis disebut aspek ontologi,
tingkat teoritis disebut epistemologi,
dan tingkat praktis disebut etika.
Jika diterapkan pada kegiatan pendidikan, aspek
ontologi adalah proses pendidikan dengan penekanan pada pendirian ‘filsafat
hidup’ (philosophy of life), suatu
pandangan hidup yang dijiwai nilai kejujuran. Dari filsafat hidup tersebut,
diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan spiritual, berupa
wawasan luas yang menyeluruh dan padu meliputi asal-mula, eksistensi, dan
tujuan hidup. Sedangkan aspek epistimologi pendidikan menekankan sistem
kegiatan pendidikan pada ‘ pembentukan sikap ilmiah’ (scientific attitude), suatu sikap yang dijiwai nilai kebenaran.
Dari sikap ilmiah itu, diharapkam adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan
intelektual, berupa kreativitas dan keterampilan hidup (creativities and skill of life).
Sedangkan aspek etika pendidikan menekankan pada sistem kegiatan pendidikan
pada ‘pengembangan perilaku bertanggung jawab (responsible conduct), suatu yang dijiwai oleh nilai keadilan. Dengan perilaku bertanggung
jawab ini, diharapkan kematangan emosional bisa tumbuh dan berkembang, yaitu
kemampuan pengendalian diri untuk tidak melakukan perbuatan yang melampaui
batas.
Hubungan antara
filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal
yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas
prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Daftar Pustaka :
Denovo Idea.
2009. Hubungan Filsafat dan Pendidikan.
https://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/
(di akses pada 8 Oktober 2016 pukul 11.00 WIB)
Zaprulkhan.
2012. Filsafat Umum. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar