Rabu, 30 November 2016

Peradaban Islam dalam Budaya Eropa



Peradaban Islam dalam Budaya Eropa

             Kebudayaan islam paling relevan bagi ilmu Eropa. Bukan sekedar karena dekatnya hubungan antara islam dengan Judaisme dan Kekristenan, melainkan juga karena adanya kontak kultural yang aktif antara negeri-negeri berbahasa Arab dengan Eropa Latin pada masa-masa yang menentukan. Ironisnya, zaman kebesaran Islam bersamaan waktunya dengan titik nadir kebudayaan di Eropa Barat. Penaklukan-Penaklukan yang dilakukan oleh pengikut sang Nabi yang dimulai sejak abad ke-7 hingga abad ke-10 telah membuat bahasa Arab menjadi bahasa kaum terpelajar bagi bangsa-bangsa yang terntang mulai dari Persia hingga Spanyol. Para penakluk Arab umumnya membawa kedamaian dan kemakmuran bagi negeri-negeri yang didudukinya. Sebagai contoh, perpustakaan Cordova di Spanyol  nyata-nyata memiliki 500.000 buah buku pada saat bangsa-bangsa di Pyrenia utara paling-paling hanya mempunyai 5000 buah buku. Bangsa Muslim juga toleran terhadap keyakinan-keyakinan monoteisme lainnya, sehingga orang-orang Yahudi mendapatkan posisi yang tinggi di negeri-negeri Islam pada saat mereka hampir tidak diizinkan hidup di Eropa. Tertarik akan tradisi-tradisi ilmu Yunani, melalui para sarjana Kristen yang ada di Syria, penguasa Arab yang bertempat di Baghdad pada abad ke-9 memerintahkan penerjemahan besar-besaran terhadap sumber-sumber ilmu Yunani, dan setelah itu peran sarjana Arab sendiri bergerak maju khususnya dibidang matematika, astronomi, optik, kimia, dan kedokteran. Akan tetapi basis sosial ilmunya rapuh. Dalam suatu mayarakat teokratis hanya ilmu kedokteran sajalah diantara ilmu-ilmu bangsa-bangsa pemuja berhala yang dianggap patut diterima, oleh karena itu tidak ada satupun pusat kebudayaan ilmiah yang berkembang pesat lebih dari satu abad, dan meskipun bahan-bahannya disebarkan ditengah-tengah mereka tiadanya kesinambungan mencegah berlangsungnya perkembangan yang terus-menerus. Lagipula, gaya kesarjanaan yangberkembang saat itu ialah dukungan bagi seorang individu dalam mencoba meraup seluruh pengetahuan dunia untuk mencapai kebijaksanaan sekuler, atau barangkali sebagai suatu jalan menuju penerangan (illumination). Tokoh-tokoh terbesar saat itu dapat membuat kemajuan-kemajuan kreatif, tetapi jarang sekali ada kerja sama para sarjana yang dibutuhkan untuk membuat orang awam menjadi efektif.
            
        Kontak antara Islam dan Eropa Latin sebagian besar berlangsung melalui Spanyol, dimana orang-orang Kristen dan Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjemah. Abad ke-12 menunjukkan adanya suatu program penerjemah besar-besaran karya-karya berbahasa Arab kedalam bahasa Latin, mula-mula dibidang astrologi, dan magis, kemudian dibidang kedokteran dan akhirnya dibidang filsafat dan ilmu. Rute yang lebih kecil berlangsung melalui Italia, dimana kontak-kontak komersial berlangsung dengan Tunisia. Patut diperhatikan bahwa sekolah medis tertua di Eropa bertempat di Selerno dan belakangan disaingi oleh Montpellier, yang juga dekat dengan sumber-sumber Arab dan Yahudi.akan tetapi meskipun merupakan pemimpin, bahkan sepanjang masa-masa penerjemahan, peradaban islam berada dibawah tekanan bangsa-bangsa barbar yang ada di sepanjang wilayah perbatasan kekuasaanya, dan tidak lama berselang peradaban Islam segera mengalami keruntuhan. Di samping  sumbangannya yang sangat besar bagi peradaban Barat dalam memelihara dan menularkan warisan Yunani, bahasa Arab juga memberi kontribusi padaa ilmu modern dalam sejumlah kata, terutama berkenaan dengan tetumbuhan dan makanan, dan juga kata-kata seperti alkohol dan aljabar.

Daftar Pustaka :
Ravertz, Jerome R. 2014. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar