Selasa, 22 November 2016

Integrasi Vs Adaptasi

Integrasi Vs Adaptasi

            Orang yang berintegrasi adalah orang sebagai subjek. Berbeda dengan orang yang adptif, adalah orang sebagai objek. Adaptasi mewakili sebuah bentuk yang paling lemah dari pertahanan diri. Jika manusia tidak mapu melakukan perubahan realitas, ia menyesuaikan dirinya sendiri. Adaptasi adalah karakteristik perilaku dari lingkungan hewan; diperlihatkan oleh manusia, adalah simtomatik dari dehumanisasinya (Freire, 1974: 13). Sepanjang sejarah manusia telah berupaya mengatasi faktor0faktor yang membuat mereka mengakomodasi atau menyesuaikan diri, dalam sebuah perjuangan untuk mencapai humanitas utuh mereka – di bawah ancaman konstan si penindas.

            Peranan manusia tidak hanya berada di dunia, tetapi melibatkan diri dalam relasi-relasi dengan – dunia yang melalui tindakan-tindakan kreasi dan re-kreasi, manusia menciptakan realitas budaya dan secara demikian menambahkan sesuatu kepada realitas alam, yang ia tidak buat. Freire yakin bahwa relasi manusia dengan realitas, diekspresikan sebagai sebuah subjek ke sebuah objek, menghasilkan pengetahuan, yang dapat diekspresikan manusia melalui bahasa.

            Relasi ini dilakukan manusia apakah ia beraksara ataupun tunaaksara. Cukup adanya bagi seseorang mempersepsi data dari realitas, untuk mampu mengetahui, meskipun pengetahuannya ini hanya berupa pendapat. Tidak ada manusia yang absolut bodoh ataupun absolut bijak. Tetapi manusia tidak mempersepsi data tersebut dalam bentuk murni. Ketika mereka menangkap sebuah fenomena atau sebuah masalah, mereka juga menangkap hubungan-hubungan kausalnya. Ketika manusia semakin akurat dalam menangkap kausalitas yang benar, maka semakin kritis pemahamannya tentang realitas (Freire, 1967: 46-48). Pemahaman mereka akan bersifat magis sepanjang mereka gagal menangkap kausalitas. Lebih jauh lagi, kesadaran kritis selalu melakukan analisis terhadap kausalitas tersebut; apa yang benar sekarang bisa jadi tidak demikian hari esok. Kesadaran naif memahami kausalitas sebagai statis, fakta yang sudah mapan, dan dengan demikian menipu persepsinya.

Daftar Pustaka
Ibrahim, Teguh dan Dharma Kesuma. 2016. Struktur Fundamental Pedagogik. Bandung: PT Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar